Pengembangan Sediaan Farmasi (Drug Delivery System)
Post by
Unknown
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh...
1.
Niosome
Niosom adalah
sistem vesikel yang dapat digunakan sebagai pembawa obat lipofilik, hidrofilik
dan ampifilik (Isriany Ismail, dkk. 2011 : 85). Adapun
penyusunnya yaitu Surfaktan
non-ionik (sorbitan ester (span)) dan Kolesterol yang berfungsi sebagai bahan penstabil.
Struktur Niosom
Adapun obat-obat yang bisa
digunakan dalam pembuatan niosome ini, yaitu:
a.
Relaksan otot
b.
Anti bakteri
c.
Protein-protein
d.
Anti jamur
e.
NSAID
f.
Vitamin-vitamin
g.
Anti diabetik
h.
Hormon-hormon
i.
Anti neoplastik
j.
Anti glaukoma
k.
Anti tuberculosis
Sediaan transdermal adalah sediaan
yang penghantarannya melalui kulit. Dimana sebagai tempat absorbsi yang
terluas, kulit memiliki keuntungan
dibandingkan jalur lainnya. Di antaranya adalah:
Ø menghindari efek lintas pertama hepar, memberikan
penghantaran obat secara berkelanjutan,
Ø memiliki efek samping yang lebih rendah, dan
Ø memperbaiki kepatuhan pasien (Trotta et al, 2005).
Ø Penggunaan secara topikal juga telah menghasilkan
kadar yang lebih tinggi dalam jaringan adiposa dan otot rangka yang berdekatan
(Brunner et al, 2005).
Pembuatan Niosom
a.
Sejumlah serbuk
proniosom yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam tabung reaksi
b.
ditambahkan
sejumlah volume aquadest bebas ion yang bersuhu ± 80 C.
lalu ditutup rapat
c.
campuran
itu divortex selama ± 30 detik
(diulang 4x)
d.
Suspensi niosom dibuat dengan
konsentrasi total sufaktan konstan yaitu 10 mmol/l untuk tiap formula
2.
Liposom
Liposom adalah visikel sederhana dimana suatu volume cairan seluruhnya di
selubungi oleh membran yang tersusun atas molekul lipid (biasanya fosfolipid ).
Bahan
yang digunakan sebagai penyusun liposom, yaitu fosfolipid, lipopretein,
merupakan bahan alami sehingga biokopetibel didalam tubuh. Lipid penyusun
liposom dapat berupa fosfolipid dan
lipid golongan sterol seperti kolesterol. Pengaruh kolesterol terhadap stabilitas liposom adalah untuk pengepakan
barisan molekul fosfolipid pada lipid lapis ganda liposom. Jadi molekul protein
tidak mudah berpenetrasi ke permukaan liposom.
Secara
umum, pembuatan liposom dilakukan dengan melarutkan lipid dengan pelarut yang
sesuai, yaitu pelarut organik yang mudah menguap, diikuti dengan penghilangan
pelarut, hidrasi lipid dan reduksi ukuran partikel. Pelarut dihilangkan dengan
menggunakan rotavapor yang kemudian akan membentuk lapisan tipis. Proses
hidrasi lipid dilakukan dengan mencampurkan fase air ke lapisan tipis tersebut
dengan menggunakan suhu di atas fase transisi dari fosfolipid dimana terjadi
perubahan dari fase gel ke fase cairan. Reduksi ukuran partikel dapat dilakukan
dengan sonikasi, ekstruksi, homogenisasi.
3.
Ethosom
Etosom
yaitu pembawa jenis vesikel halus dan lunak yang tersusun atas fosfolipid,
alkohol konsentrasi yang tinggi, dan air. Komposisi yang tepat dapat
menghantarkan zat aktif hidrofilik dalam konsentrasi tinggi secara transport
pasif ke dalam lapisan kulit hingga mencapai sirkulasi sis-temik.
Pembuatan ethosom:
a.
Metode dingin
Disini
adalah metode fosfolipid, obat dan bahan lipid lainnya dilarutkan dalam etanol
dalam bejana tertutup pada suhu kamar dengan pengadukan yang kuat dengan
penggunaan mixer. Propilen glikol atau poliol lain ditambahkan selama
pengadukan. Campuran ini dipanaskan sampai 300 c. Air dipanaskan sampai 300 C
dalam wadah terpisah ditambahkan kecampuran, yang kemudian diaduk selama 5
menit dalam wadah tertutup. Ukuran vesikel formulasi ethosomal bias dikurangi
keinginan memperpanjang menggunakan sonikasi atau Metode ekstrusi Kemudian,
formulasi disimpan dalam lemari pendingin.
b.
Metode panas
Dalam
metode ini fosfolipid tersebar dalam air dengan pemanasan dalam water bath di 400 C
sampai solusi koloid diperoleh. Dalam wadah etanol terpisah dan propilenglikol
dicampur dan dipanaskan sampai 400 C. Setelah kedua campuran mencapai 400 C,
fase organic ditambahkan ke yang berair. Obat ini dilarutkan dalam air atau
etanol tergantug pada hidrofilik /Sifat hidrofobik.
Ukuran gelembung dari ethosomal formulasi dapat dikurangi sejauh keinginan
menggunakan metode sonikasi atau metode ekstrusi.
4.
Transferosom
Transferosom merupakan vesikel yang terdiri
dari fosfolipid sebagai bahan utama dan surfaktan 10-25% serta 3-10% etanol.
Kelebihan Transferosom
Adapun
kelebihan dari transferosom (Kumar, dkk., 2011:198-199 dan Kulkarni dkk, 2011 : 738) :
a.
Transferosom
memiliki infrastruktur yang sama-sama terdiri dari gugus hidrofobik dan
hidrofilik dan sebagai hasilnya dapat mengakomodasi molekul obat dengan
berbagai kelarutan.
b.
Transferosom
dapat merusak dan melewati penyempitan (dari 5 sampai 10 kali lebih sedikit
dari diameter mereka sendiri) tanpa kehilangan ukuran.
c.
Digunakan
untuk pengiriman sistemik serta obat topikal.
d.
Mereka
dapat bertindak sebagai pembawa obat yang memiliki berat molekul yang rendah
serta tinggi mis analgesik, anestetik, kortikosteroid, hormon, antikanker,
insulin, protein gapjunction, dan albumin.
Metode Pembuatan
Transferosom
Metode penyusunan transferosom terdiri dari dua langkah. Pertama,
pembuatan film tipis dengan hidrasi dan diubah ke ukuran yang diinginkan dengan
metode sonikasi. Kedua, vesikel yang telah disonikasi dihomogenkan dengan cara diekstrusi
melalui membran polikarbonat. Campuran bahan vesikel yang terbentuk yaitu
fosfolipid dan surfaktan dilarutkan dalam pelarut organik, pelarut organik
diuapkan di atas suhu kamar. Kemudian dimurnikan pada suhu 50°C dengan dengan
menggunakan Rotary Evaporator. Sisa pelarut dihilangkan di bawah vakum.
Film-film lipid yang tertinggal dihidrasi dengan pencampuran buffer (pH 6,5)
dan dirotasi selama 60 menit, dengan temperatur 1 rpm pada suhu yang telah
disesuaikan. Setelah itu vesikel didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar (Fry et
al., 1978: 809-815)
5. Patch
Patch adalah salah satu cara penghantaran
obat yang ditempel/direkatkan pada kulit untuk memberi dosis tertentu obat
melalui kulit dan masuk ke aliran darah.
Adapun
keuntungannya, yaitu:
- Mudah digunakan
- Merupakan metode yang tepat untuk obat yang dapat
rusak akibat asam lambung, tidak diabsorbsi baik pada usus dan rusak oleh hati
- Meminimalkan efek samping dibandingkan obat
secara per-oral
- Dapat mengefektifkan biaya
- Obat tidak melalui “first pass metabolism”
- Efek terapiutik dapat diprediksi maupun
diperpanjang
Komponen
penyusunnya, yaitu:
a.
Obat
b.
Matrix
Polimer
c.
Penambah
permeasi
Terdiri
dari:
a)
Solvent
Alkohol air-metanol dan etanol, alkil
metil sulfoksida, imetil sulfoksida, homolog alkil, dll.
b)
Surfaktan
Surfaktan anionik,
seperti: Dioctyl sulfosuksinat, SLS
Nonionik Surfaktan,
seperti: Pluronic F127, Pluronic F68, dll.
d.
Perekat
(adhesive)
e. Backing layer
1.
Bersifat fleksibel
2.
Mencegah zat aktif meninggalkan tempat melekatnya
3.
Bersifat impermeabel dan melindungi sediaan ketika digunakan
Contoh:
Metallic plastic laminate,
plastic backing with absorbent pad and occlusive base plate (aluminium foil),
adhesive foam pad (flexible polyurethane) with occlusive base plate (aluminium
foil disc) etc.
Adapun Tipe dari
Transdermal drug delivery sistem:
•
Single layer drug in adhesive
•
Multi-layer drug
•
Reservoir system
•
Matrix system
8.
Gastroretentive
Gastroretentive adalah
Bentuk sediaan yang bertahan di lambung. Sistem ini dapat meningkatkan
penghantaran obat dilambung secara terus menerus dalam periode waktu yang lama
sehingga diharapkan dapat meningkatkan bioavailabilitasnya (Cremer, 1997). Salah
satu kelemahan dalam pengobatan secara oral adalah cepatnya obat-obat,
khususnya yang digunakan untuk mengobati lambung- melintasi lambung, sehingga
biovailabilitasnya berkurang. Sediaan tablet gastroretensive ini, menambah
waktu bagi obat untuk bertahan dilambung, sehingga biovabilitas obat menjadi
maksimal. Sediaan ini bisa di seut juga sebagai sediaan sustained release.
Ada beberapa
bentuk dari sediaan gastroretentive ini, yaitu
a.
Floating system
Sistem penghantaran dengan
mengontrol densitas (pengapungan) biasanya di sebut sebagai floating system.
Dimana obat di buat dengan densitas yang lebih rendah dari cairan lambung,
sehingga obat akan mengapung di cairan lambung lalu melepaskan zat aktif obat
secara perlahan tanpa mempengaruhi tingkat pengosongan lambung dalam jangka
waktu yang lama. Sistem ini di bagi menjadi 2, yaitu:
1)
Effervescent
Mekanisme utama yang terlibat dalam
sistem ini adalah produksi gas karbon dioksida akibat reaksi antara natrium
bikarbonat, asam sitrat & asam tartrat. Hasil gas yang dihasilkan dalam
pengurangan sistem densitas sehingga membuatnya mengapung di cairan lambung.
2)
Non-Effervescent
Adalah salah satu jenis dari floating gastroretentive
drug delivery systems yang
terdiri dari bahan pembentuk gel. hydrocolloids, polysaccharides and
polimer-polimer pembentuk matrix seperti polycarbonate, polystyrene, polymethacrylate, dll.
b. Bioadhesive
sistem biasa juga di sebut sebagai mukoadhesive sistem, dimana suatu polimer
yang di tambahkan pada lapisan tablet untuk berinteraksi dengan lapisan mukosa
sehingga polimer tersebut akan melekat pada permukaan epitel, menyebabkan obat
menjadi lebih lama di lambung dan secara otomatis dapat meningkatkan absorbsi
dari obat, begitu juga biovabilitasnya sebab tidak adanya first pass
metabolisme.
c. Swallable/
expandable system
Sistem
ini adalah sistem penghantaran
yang dapat meningkatkan ukuran obat sehingga tertahan karena tidak dapat
melewati pylorus (modified shape systems)
, yakni bentuk sediaan yang membengkak di lambung,
sehingga tidak dapat melewati pilorusdan mencegah obat untuk keluar dari
lambung dalam jangka waktu yang lama.
VAKSIN DAN IMUNOPROFILAKSIS
Post by
Unknown
(video tipe vaksin)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung
mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit
infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks.
Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba
patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan
mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun
terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler
mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian
ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita
dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama
makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan
tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system
kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Sistem imun adalah suatu sistem dalam
tubh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang
bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti
kuman-kuman penyakit atau racun yang masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut
antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut antibodi. Imunisasi
adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa
penyakit tertentu. Imunisasi merupakan upaya untuk mencegah penyakit lewat
peningkatan kekebalan tubuh seseorang.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
itu vaksin ?
2.
Jelaskan
jenis-jenis Vaksin ?
3.
Jelaskan
proses pembuatan Vaksin ?
4.
Jelaskan Imunofilaksis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Vaksin
1.
Pengertian
Vaksin
adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan
aktif dan khas pada manusia. Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau
virus dan dapat berupa suspense organisme hidup atau inaktif atau
fraksifraksinya atau toksoid (Dirjen POM. 1995).
Vaksinasi
sangat membantu untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular
baik karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan),
rubella (campak Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae
tipe b (Hib), hepatitis,
dll. Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh atau
sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan
lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan
tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk
menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan
mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen
penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian,
melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit
yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa
antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host
sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan
anak/host dalam keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam atau
sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi
(zulliesikawati.wordpress.com/tag/vaksinasi/).
2. Jenis-jenis Vaksin
a)
Vaksin
Toksoid
Vaksin yang dibuat
dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun
dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari
toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai
natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi
antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus
b)
Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat
dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen
virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin
antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin
Influenza.
c)
Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat
berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang
dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai
idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran
terhadap reseptor pre sel B.
d)
Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan
memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang
diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi
eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung
dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke
dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B)
memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin
tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima
vaksin.
e)
Vaksin DNA (Plasmid
DNA Vaccines)
Vaksin dengan
pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi
imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam
suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap
dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom),
selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor
plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan
menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang
mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan
penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan
menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan
selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan.
f) Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B
dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai komplikasinya yang serius
yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari bagian virus, bukan
seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat menimbulkan
penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial,
pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur
hidup.
g)
Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan
sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah umur 5 tahun di
seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat
menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di
dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih
dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang
bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah
bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang
sangat serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus menyerang
beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
- Meningitis (Radang selaput
otak)
- Bakteremia (infeksi dalam
darah)
- Pneumonia (infeksi Paru-paru)
- Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan
kerusakan otak, ketulian, dan kematian (Agustian, ary. 2000).
Jenis
dan manfaat vaksin program imunisasi di Indonesia adalah :
a.
Vaksin
Hepatitis B , untuk mencegah penyakit Hepatitis B
b.
Vaksin
Polio, untuk mencegah penyakit Polio
c.
Vaksin
DPT-HB, untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis B
d.
Vaksin
DT, untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus
e.
Vaksin
TT, untuk mencegah penyakit Tetanus
f.
Vaksin
Campak, untuk mencegah penyakit Campak
g.
Vaksin
Td, untuk mencegah penyakit Tetanus dan Difteri
(buku
SBH. Krida Pengendalian penyakit.pdf).
3.
Proses Pembuatan Vaksin
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses
rumit bahkan setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di
laboratorium. Perubahan dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil
menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi
sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan
untuk meningkatkan skala produksi. Produksi vaksin
dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus
bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari
jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”,
biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari
yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik.Jumlah
yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan hingga jutaan
virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.Freezer dipertahankan
pada suhu tertentu. Grafik di luar freezerakan mencatat secara
terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang
dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezerberada
di luar suhu yang seharusnya. Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus
dalam kondisi tertentu secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam
bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah
mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga
sel memungkinkan virus untuk berkembang biak. Setiap jenis virus
tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung protein
yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga
mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel
virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah
waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak. Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau
adalah pH.pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus
disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau
basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak
terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung,
dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada
berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk
mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik,
dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil
produk setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan
penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh
penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.Enzim
adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan
pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan
sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar
namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel
mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi
virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya,
pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan
pH dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi
sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang
dijaga ketat oleh pabrik (Suwandi,
Usman. 1990).
B.
Imunoprofilaksis
Imunofilaksis
adalah pencegahan penyakit infeksi terhadap antibodi spesifik. Selain itu juga,
merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun dengan tindakan mendapatkan
kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi mikroorganisme yang patogen serta
menimbulkan efek positif untuk pertahanan tubuh dan efek negatif menimbulkan
reaksi hipersensivitas.
Imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri
seseorang dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat
aktif maupun inaktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang
dilemahkan.
Fungsi
Imunoprofilaksis
:
1. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
terhadap penyakit, kekebalan terhadap penyakit dapat dipacu dengan pemberian
imunostimulan termasuk vaksinasi dan vitamin.
2. Mengurangi penularan suatu penyakit (Bratawidjaja Karnen Garna. 2009 :68).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Vaksin
adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu menimbulkan kekebalan
aktif dan khas pada manusia. Vaksin mengandung antigen yang
sama atau bagian dari antigen yang menyebabkan penyakit,
tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh
atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan
lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan
tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk
menghasilkan antibodi terhadap mereka. Adapun jenis-jenis vaksin yaitu Vaksin Toksoid,
Vaksin Acellular dan
Subunit, Vaksin Idiotipe, Vaksin Rekombinan, Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines),
Vaksin Hepatitis B, Vaksin Pneumokokus.
Imunofilaksis adalah pencegahan penyakit infeksi terhadap antibodi
spesifik. Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun
dengan tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi
mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif untuk pertahanan
tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas.
Fungsi
Imunoprofilaksis :Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap
penyakit, kekebalan terhadap penyakit dapat dipacu dengan pemberian
imunostimulan termasuk vaksinasi dan vitamin dan Mengurangi penularan suatu penyakit .
DAFTAR
PUSTAKA
Dirjen
POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes
RI. Jakarta.
Agustian, ary.
2000. Kesehatan Modern. Jakarta :
Puspa Swara.
Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan
PT Kalbe Farma.
Bratawidjaja,
Karnen Garna.2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
zulliesikawati.wordpress.com/tag/vaksinasi/2010.
buku
SBH. Krida Pengendalian penyakit.pdf
Langganan:
Postingan (Atom)